Artikel ini diterjemahkan dari buku They Though For Themselves. Tradition or Truth? adalah satu dari 10 artikel kesaksian bagaimana orang-orang Yahudi dari latar belakang agama Yahudi Orthodok (Rabbinic Judaism) berbalik menjadi pengikut Yeshua Ha Mashiah.
Catatan dari Anggur baru (penterjemah): Ini adalah suatu artikel yang sangat menantang bagi setiap orang yang benar-benar haus akan kebenaran yang sejati, yang sedang mencari keselamatan yang hakiki. Artikel ini sungguh menelanjangi dan sekaligus meng-KO (knock out) tipu daya Iblis atas manusia melalui tradisi nenek moyang. Lihatlah Tradisi pada artikel ini dalam ruang lingkup yang luas – seluruh dunia keagamaan (Yudaisme, Kristianiti, Roma Katolik, Islam, New Age dan seterusnya) dan worldview dunia sekuler (atheisme, komunisme, liberalisme, materialisme, Teori Evolusi dst.).
Dr. Michael L. Brown adalah professor untuk bahasa-bahasa kuno. Ia telah memperlajari 15 rumpun bahasa kuno, tiga diantaranya ialah Ibrani, Yunani dan Latin, untuk membuktikan bahwa Alkitab adalah Firman YAHWEH yang tidak berubah dan Kebenaran sorgawi tidak di dapat dari tradisi-tradisi manusia.
Beliau telah menulis banyak buku, seperti: The Real Kosher Jesus, A Queer Thing Happened To America, Answering Jewish Objections To Jesus, Our Hands Are Stained With Blood, A Time For Holy Fire, Israel’s Divene Healer dan sebagainya. Ia jupa pendiri dari pelayanan Kristen radio Line of Fire .
Setiap teori, setiap keimanan dan setiap apapun yang kita yakini sebagai suatu kebenaran haruslah diuji, jika hasilnya tidaklah sama seperti yang telah kita yakini – tidak lulus uji, maka keyakinan tersebut hanyalah sebuah kebenaran yang semu, dengan kata lain, itu hanyalah tradisi manusia semata.
Gaya penulisan – Huruf miring tanda tanda kurung berasal dari artikel aslinya. Huruf coklat dan huruf dalam kurung siku dan penebalan kata ditambahkan (kecuali dikatakan), adalah penambahan dari penterjemah, termasuk garis bawah.
Selamat membaca, kiranya dapat menjadi berkat bagi Anda. Salam saya, Anggur Baru.
”Kamu bahkan tidak tahu bahasa Ibrani! Bagaimana kamu dapat menceritakan pada saya apa yang Alkitab katakan?”
”Itu benar, Rabbi. Saya tidak tahu bahasa Ibrani – tetapi saya akan belajar. Pada saat ini, saya dapat memakai kamus pada bagian belakang Konkordansi Strong.” [Strong adalah salah satu dari beberapa Konkordansi Alkitab yang terkenal].
”Saat ini. Jika kamu tidak tahu bahasa Ibrani, itu tidak berarti sesuatu.”
Saya tidak akan melupakan kata-kata tersebut yang telah diucapkan kepadaku di tahun 1972. Saya adalah seorang seorang percaya yang baru di dalan Yeshua, hanya berumur 17 tahun. Kehidupanku sudah berubah secara dramatis – benar dramatis. Hanya satu bulan sebelumnya, saya menyuntik heroin, menggunakan dosis besar LSD dan speed, dan hidup di dalam kehampaan total dan kegelisahan. Nama panggilan saya, “Drug Bear,” sangat diterima, dan saya berdosa, sombong, dan benar-benar rusak. Semua ini telah terjadi meskipun dari jenis, Long Island, system pertumbuhan Yahudi Konservatif dari pernikahan orang tua yang sangat bahagia. Bukti, ayahku saat itu adalah seorang ahli hukum yang sangat dihormati bekerja sebagai the Senior Law Assistant untuk hakim-hakim the New York State Supreme Court. [Penekanan ditambahkan]
Kecanduan obat-obatan saya bukanlah karena masalah batin atau pencarian pencarian yang bersifat rohani. Saya telah memakai obat-obatan sebab mereka membuat saya merasa enak! Kamu lihat, saya cukup bertalenta, rock drummer remaja, dan seluruh Woodstock [sebuah festival music di USA], terkendali, get high, mentalitas lakukan-urusan-mu-sendiri berlaku pada saya. Saya ingin menjadi seperti para rocker ternama! Segera, kehidupan menjadi satu pesta besar.
Kejutan hidup saya.
Tetapi Elohim memiliki rencara-rencana yang lain. Dua teman terbaik saya (pemain bass dan pemain gitar dalam group band kami) dibesarkan dalam keluarga “Kristen” hanya nama saja [Kristen KTP]. Mereka tidak lebih dekat kepada Yeshua dibanding saya. Namun merek bersahabat dengan dua gadis yang bapa mereka adalah berdedikasi, Kristen ”lahir-baru,” dan paman mereka menggembalai sebuah jemaat kecil di Queens, New York. Gadis-gadis ini pergi kegereja untuk menyenangkan ayah mereka, teman-teman saya pergi ke gereja membagi waktu dengan gadis-gadis tesebut, dan lalu saya pergi ke gereja untuk menarik mereka keluar. Saya tidak suka perubahan yang saya mulai lihat di dalam mereka!
Apa yang terjadi? Saya mendapat kejutan kehidupan saya. Di dalam gereja kecil itu, saya bertemu dengan Elohim (Allah) yang saya tidak cari, dan saya menemukan kebenaran tentang Yeshua, Juruselamat dan Mashiah yang saya tidak percaya sebelumnya. Saya ditranformasi! Kasih Elohim menghancurkan pertahanan saya, dan menjawab para pendoa tersembunyi yang setia yang tidak banyak, saya berpaling dari kehidupan kotor yang saya pernah arahkan.
Ayahku sungguh kagum melihat perubahan tersebut. Dia hanya ada satu masalah: ”Kita adalah orang-orang Yahudi! Sekarang kamu bebas dari obat-obatan, kamu perlu bertemu rabbi dan kembali ketradisi-tradisi kita.” Dan jadi, saya mulai berbicara dengan pemuda berpendidikan rabbi yang baru saja menjadi pemimpin rohani dari synagoge di mana saya menjadi bar mitzvahed.*
Saya harus belajar bahasa Ibrani
Saya telah tahu melampaui segala keraguan bahwa pengalaman saya adalah nyata, tetapi bagaimana saya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dia (rabbi)? Apa yang dapat saya katakan ketika ia bercerita pada saya bawa terjemahan Inggris yang saya pakai adalah salah, dan bahwa, terus menerus, para penulis Perjanjian Baru salah mengartikan tulisan-tulisan Perjanjian Lama. Dia dapat membaca text aslinya. Saya tidak dapat!
Dia juga membawa saya bertemu dengan para rabbi Ultra-Orthodok Lubavitcher di Brooklyn yang khusus berurusan dengan remaja-remaja Yahudi “tersesat ” seperti saya. Pada sisi saya, saya berbahagia memiliki kesempatan membagikan imanku dengan orang-orang yang jujur tersebut. Setelah semua itu, saya membaca Alkitab siang dan malam, menghafal ratusan ayat-ayat, berdoa berjam-jam, bahkan meyakinkan seorang Saksi Yehovah Yahudi yang agamanya tidak alkitabiah. Tetapi rabbi-rabbi ini di Brooklnyn memiliki jawaban-jawaban yang saya belum pernah dengar sebelumnya. Dan semua dari mereka sudah dapat membaca dan mengerti sejak masa kanak-kanak mereka. Saya ingat bagaimana mengeja huruf-huruf! Tambahan, mereka nampak begitu Yahudi, dengan janggut-janggut hitam panjang. Iman mereka nampak ada begitu kuno dan asli. Bagaimana dengan saya?
Jadi karena itu saya mulai belajar Ibrani di kampus. Jika iman saya di dasari pada kebenaran, itu dapat berdiri jujur pada ujian akademi. Jika Yeshua adalah sungguh Mashiah Yahudi, tidak ada yang saya takuti. Pertanyaan-pertanyaan yang serius layak (mendapat) jawaban-jawaban serius, dan saya berkuputusan mengikuti kebenaran kemanapun itu memimpin, tidak terlepas dari konsekuensi-konsekuensinya.
Sedikit demi sedikit, saya menjadi yakin bahwa saya harus mengejar sarjana Alkitab dan pelajaran-pelajaran yang bersifat Yahudi. Satu tahun di kampus saya hanya mengambil kursus-khursus bahasa, enam tepatnya: Bahasa Ibrani, Arab, Yunani, Latin, Jerman dan Yiddish [bahasa orang Yahudi yang tinggal di Eropa di abad 13 -17 AD]. Bicara tentang pengosongan otak! Saya ingin membaca text-text relevant tersebut untuk diri saya sendiri, di dalam bahasa-bahasa aslinya, tanpa pertolongan seorangpun.
Tetapi college tidak cukup. Untuk mencapai target-target saya, sekolah strata diperlukan. Disana saya dapat belajar bahasa-bahasa kuno lainnya yang berkaitan ke Kitab Suci Ibrani, seperti Akkadian (itu adalah, orang Babylon dan Assyria), Ugartik (dari kota besar utara Kanaan), Aram, Syriac, Phonisia, Punic, Moab – daftar berlanjut. Saat saya menulis dissertasi doktoral ku, saya telah belajar sekitar 15 bahasa, beberapa sangat dalam, lainnya hanya umum. Saya menerima Ph.D saya dari New York University in Near Eastern Languages (Bahasa-bahasa Timur Dekat).
[Apakah sesungguhnya “Tradisi”?; Proses Tradisi menjadi Agama; Bahayanya Agama yang berfondasikan Tradisi]
Fondasi-fondasi yang salah.
Hampir semua kursus-kursus ku diajar oleh para professor Yahudi, sementara itu, saya memiliki kesempatan melakukan beberapa pelajaran private dengan beberapa rabbi. Apa yang terjadi dengan iman saya? Itu tepatnya menjadi semakin lebih kuat. Sebagaimana saya belajar lebih, saya menjadi semakin yakin bahwa Yeshua adalah Mashiah yang dinantikan, seorang yang hidup, menebus dosa melalui kematian, bangkit kembali, dan kembali, [semua ini ] adalah bayang-bayang di dalam kitab-kitab Ibrani (Perjanjian Lama). Saya memiliki jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan serius!
Saya juga telah menemukan sesuatu yang tidak saya harapkan: Itu bukanlah iman Perjanjian Baru yang dibangun pada fondasi-fondasi yang salah; fondasi-fondasi faham Yahudi rabbinik (rabbinic Judaism) adalah yang salah! Itu adalah faham Yahudi rabbinik, bukan iman Perjanjian Baru, yang keluar dari Alkitab Ibrani.
Faham Yahudi Rabbinik bahkan tidak mengklaim untuk ada sebagai interpretasi literal kitab-kitab suci. Sebaliknya, para rabbi berkata bahwa iman mereka adalah (is; present tense) kelanjutan dari sebuah rantai tradisi ke masa (nabi) Musa dan nabi-nabi. Ini adalah suatu titik yang penting. Seperti yang kita akan lihat kemudian, rantai yang tidak pernah putus tidaklah pernah ada.
Saya sering mendengar rabbi-rabbi dan para anti-missionari berkata – sepertinya dalam nada meremehkan – bahwa tampa Kristus tidak akan ada Kristianiti (atau, tanpa Meshiah tidaklah akan ada Messianic Judaism), dimana Judaism dapat ada tanpa seorang Mashiah, figur seperti demikian adalah di dalam pemikiran Yahudi. Judaisme, itu diklaim, adalah agama dari Torah [dari mana kata Taurat dalam bahasa Indonesia berasal].
Tentu, saya setuju bahwa tidaklah akan ada Kristianiti tanpa seorang Kristus, hanya sebagaimana saya setuju tidaklah akan ada keselamatan tanpa seorang Juruselamat dan tidak ada pembebasan tanpa seorang Pembebas. Ini menunjukkan tidak ada masalah sama sekali. Iman kita didasarkan pada pribadi itu dan pekerjaan Ha Mashiah.
Tetapi pertanyaan yang sesungguhnya ialah: Pada fondasi apa tradisi Yudaisme di dasarkan? Judaisme sebagaimana kita tahu itu hari ini adalah bukan agama Torah sebanyak itu adalah agama tradisi kerabbian. Tanpa tradisi, tidaklah akan ada budaya Judaism, tanpa rabbi, tidaklah akan ada Judaism kerabbian. Ini adalah sangat penting! Karena banyak dari masyarakat kita , tradisi manusia adalah lebih penting dari pada kebenaran Alkitab.
Lebih dari 20 tahun yang lalu, seorang rabbi Orthodok bercerita kepada saya bahwa saya membaca Kitab-kitab Suci melalui kacamata yang diwarnai-bunga rose (rose-colored glasses; ”fantasi”). Dalam kata lain, saya pastilah selalu salah mengerti Firman (YAHWEH) terlepas dari bagaimanapun jujurnya saya mencoba untuk ada. Saya dahulu tidak melihat dengan jelas. Pandangan saya dahulu terganggu.
Itu (masa lalu tersebut) sungguh sebuah tuduhan, dan saya tidak mengambil hal itu secara ringan. Saya lalu mempelajari Firman dari segala sudut , bertanya kepada diri saya sendiri entah interpretasi-interpretasi lainnya adalah benar, menantang jawaban-jawaban standard Kristen dengan apa yang saya telah terbiasa. Sekarang, hampir seperempat abad kemudian (yaitu 25 tahun kemudian), saya dapat dengan jujur berkata bahwa itu adalah agama orang-orang Yahudi – diluar kejujuran dan ibadah mereka – yang membaca Alkitab dengan kacamata berwarna. Mereka akan ada sebagai orang pertama yang akan berkata kepada kalian bahwa Alkitab berkata hanya apa para orang bijak ceritakan kepada mereka itu bilang.
[Klaim dari Yudaisme Rabbinik:] Siapakah mereka yang berbeda dengan guru-guru besar Yahudi pada masa yang lalu? Siapkah mereka yang tidak setuju dengan para komentator abad pertengahan yang terkenal? Bagaimana dapat mereka kemungkinan memutuskan tradisi-tradisi yang mereka pelajari dari bapa-bapa mereka? Setelah semuanya, apa yang dapat saya ketahui? Bapa saya telah belajar dari bapanya yang telah belajar dari bapanya, yang telah belajar dari bapanya, dan seterusnya, semua jalan kembali kepada Musa. Apakah kamu berkata kepada saya mereka telah membuat-buat? Apakah kamu berkata kepada saya mereka telah ditipu? Bagaimana kamu berani menpertanyakan tradisi-tradisi kami yang suci!”
Sehingga dongeng dari rantai tradisi yang tidak terputus menuju balik ke Musa telah menghindari banyak orang Yahudi dari membaca Alkitab dari diri mereka sendiri. Ini adalah masalah hati.
Permainan telephone.
Faham Yahudi rabbinik (Rabbinic Judaism) percaya Elohim telah memberikan Musa sebuah Hukum Tertulis (ditemukan dalam Torah, lima kitab Musa). Tetapi, kita diceritakan, kebanyakan dari perintah di Torah itu adalah ditaruh dalam kata yang singkat, pernyataan-pernyataan yang umum, sesuatu seperti kepala paragraf di dalam sebuah buku. Mereka perlu interpretasi. Mereka perlu ada dikembangkan dan diterangkan. Jadi, menurut keyakinan tradisi, Elohim juga telah memberi Musa sebuah Hukum Tidak tertulis yang telah meninterpretasikan Hukum Tertulis. Musa kemudian meneruskan ini kepada Yoshua, yang meneruskan itu kepada 70 tua-tua yang memimpin dalam generasinya, yang meneruskan itu kepada nabi-nabi dari generasi-generasi berikutnya.
Dan begitulah telah terjadi, tetapi tanpa sedikit tambahan. Ini disebabakan para rabbi mengajar bahwa Hukum Tidak Tertulis (Oral Law) telah terus bertumbuh, karena dalam setiap generasi, tradisi-tradisi baru telah berkembang dan situasi-situasi baru masuk yang meminta penerapan-penerapan baru dari Hukum tersebut. [Inilah bentuk tradisi yang sesungguhnya, ia selalu beradaptasi dengan kondisi yang baru, berbeda dengan Kebenaran YAHWEH yang selalu tetap/ unchangeable]
Di dalam dua abad setelah masa Yeshua, Hukum Lisan (Hukum Tidak Tertulis) begitu banyak dan rumit sehingga harus ditulis agar tidak dilupakan (begitulah, dasar-dasar Hukum Tidak Tertulis sekarang ditulis). Ini menjadi Mishnah, yang berkembang menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai Talmud selama berabad-abad mendatang. Setelah itu, menurut kepercayaan para rabbi, mereka yang mempelajari Talmud terus mengembangkan dan mewariskan Hukum Lisan untuk setiap generasi berikutnya. Setiap orang Yahudi agamawi percaya dengan segenap hatinya bahwa tidak mungkin untuk memahami Kitab Suci atau mengikuti Hukum Elohim tanpa tradisi-tradisi lisan.
Dan apa yang terjadi ketika seorang Yahudi yang taat dihampiri oleh orang Yahudi beriman di dalam Yeshua? Orang percaya ini dianggap sebagai pendatang baru yang bodoh, dan penafsirannya benar-benar dicemooh: “Kami memiliki tradisi tak terputus sampai kepada Musa! Beraninya kamu berbeda dengan kami! Beraninya Anda mencoba untuk mengajar kami.! “Ya, tradisi membawa cukup banyak beban!. Dan itu dapat mencegah orang berpikir untuk diri mereka sendiri. (Saya temuka itu lucu, untuk sedikitnya, ketika orang Yahudi Ortodoks mengatakan bahwa saya telah dicuci otak!)
Sekarang Anda dapat lebih memahami mengapa orang Yahudi begitu banyak dengan siapa orang percaya mencoba untuk dialog langsung akan berkata: “Saya harus bertanya rabbi saya. Dia akan menceritakan apa sebenarnya arti dari ayat tersebut. Dia akan mencarinya di buku-bukunya.”
Anda lihat, orang Yahudi rabbinik percaya bahwa semakin Anda pergi mundur ke masa lalu, semakin dekat Anda sampai ke wahyu yang asli pada Gunung Sinia (seperti jenis permainan telephon 35-100 tahun masa). Dan tradisi Talmud mengajarkan bahwa, sejak jaman Musa, kita telah ada pada penurunan rohani yang stabil. Ini adalah segala yang lebih beralasan bahwa kita harus bergantung pada pandangan dari generasi-generasi yang lebih awal! Mereka yang telah lebih dekat kepada mereka yang telah menerima wahyu yang asli tersebut, maka mereka telah pada pesawat rohani yang lebih tinggi. Mereka dapat berkata kepada kita apa Kitab Suci maksudkan. Bicara tentang membaca Alkitab melalui kacamata berwarna!
Adakah tradisi-tradisi tersebut benar?
“Tetapi,” seorang mungkin bertanya, “bagaimana dapat kamu begitu yakin bahwa tradisi-tradisi ini tidak benar? Mengapa kamu berkata mereka tidak menyediakan interpretasi-interpretasi yang benar?”
Jawabanya adalah sederhana:
1. Mereka mengambil untuk diri mereka sendiri autoritas yang Kitab Suci tidak pernah berikan kepada mereka. [Baca: Pengganti Kristus / Vicar of Christ]
2. Mereka menaruh suara alasan duniawi pada pesawat yang lebih tinggi daripada perkataan nubuatan dari sorga.
3. Mereka mengkontradiksi arti yang gamblang dari Kitab Suci.
4. Pada waktu-waktu mereka bahkan mengkontradiksi suara Elohim.
5. Tidak ada bukti alkitabiah bagi rantai tradisi yang tidak putus dan banyak bukti menentang itu.
Sebelum saya berikan beberapa contoh, saya ingin Anda mengerti bahwa ini bukanlah masalah menemukan kontradiksi-kontradiksi minor dan kesusahan-kesusahan interpretasi. Tidak. Masalah-masalah disini berurusan dengan kedalaman hati dan jiwa dari faham tradisi Yahudi, sebuah agama yang berdiri dan jatuh pada tradisi-tradisinya.
Pertanyaan yang sungguh jujur untuk orang Yahudi harus tanyakan adalah: Bagaimana jika Alkitab berkata suatu hal dan tradisi-tradisi saya berkata lainnya? Akankah saya mengikuti Elohim atau akankah saya mengikuti manusia?
Itu bukanlah pertanyaan entah para pemimpin Yahudi orang-orang jahat dan para penipu. Kebanyakan dari mereka adalah (were; past tense) sungguh-sungguh kepada iman mereka. Mereka telah mencari pimpinan hidup baik dan menyenangkan Adonai (the Lord). Tetapi adakah (were) mereka benar? Apakah (did, past tense) tradisi-tradisi mereka sungguh asli datang hadir dari Elohim atau dari manusia? Mari lihat hati-hati. Tidak ada contoh-contoh berikut diambil keluar dari kontek bagaimanapun. Mereka jelas dan langsung kesasaran.
Pertama, mari lihat apa tradisi Yudaisme katakan tentang dirinya sendiri.
Menurut sarjana Ortodoks kontemporer H. Chaim Schimmel, orang-orang Yahudi “tidak mengikuti kata literal dari Alkitab, juga mereka tidak pernah melakukannya. Mereka telah dibentuk dan diperintah oleh interpretasi verbal dari kata-kata tertulis …. “[1]
Seperti yang diungkapkan oleh Rabbi ID Chajes, pemimpin terkemuka abad kesembilan belas, Talmud menunjukkan bahwa kata “yang ditransmisikan secara lisan” oleh Elohim adalah “lebih berharga” daripada yang dikirimkan secara tertulis. Chajes bahkan lebih jauh untuk mengatakan bahwa: “Kesetiaan pada pemimpin mengatakan tradisi rabinik adalah mengikat semua orang Israel …. Dan barangsiapa tidak memberikan kepatuhan terhadap Hukum tidak tertulis [Hukum Lisan] dan tradisi rabinik tidak memiliki hak untuk berbagi warisan Israel …. “[2]
Bagaimana klaim seperti itu dibuat? Para rabi menegaskan bahwa itu adalah Alkitab itu sendiri yang memberi mereka wewenang eksklusif untuk menafsirkan Torah dan mengembangkan hukum-hukum baru. Mereka mencari dukungan untuk ini dalam Ulangan 17:8-12, mungkin teks paling penting dalam Alkitab bagi Yudaisme rabinik. Ayat itu berkata begini:
“Apabila sesuatu perkara terlalu sukar bagimu untuk diputuskan, misalnya bunuh-membunuh, tuntut-menuntut, atau luka-melukai–perkara pendakwaan di dalam tempatmu–maka haruslah engkau pergi menghadap ke tempat yang akan dipilih YAHWEH, Elohimmu; haruslah engkau pergi kepada imam-imam orang Lewi dan kepada hakim yang ada pada waktu itu, dan meminta putusan. Mereka akan memberitahukan kepadamu keputusan hakim. Dan engkau harus berbuat menurut keputusan yang diberitahukan mereka kepadamu dari tempat yang akan dipilih YAHWEH; engkau harus melakukan dengan setia segala yang ditunjukkan mereka kepadamu. Menurut petunjuk yang diberikan mereka kepadamu (According to the sentence of the law which they shall teach thee; KJV) dan menurut keputusan yang dikatakan mereka kepadamu haruslah engkau berbuat; janganlah engkau menyimpang ke kanan atau ke kiri dari keputusan yang diberitahukan mereka kepadamu. Orang yang berlaku terlalu berani dengan tidak mendengarkan perkataan imam yang berdiri di sana sebagai pelayan YAHWEH, Elohimmu, ataupun perkataan hakim, maka orang itu harus mati. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari antara orang Israel. (Ulangan 17:8-12). [the law, sesuai dengan artikel aslinya, artikel asli tidak di ambil dari KJV].
Apa yang Musa jelas katakan adalah bahwa dalam setiap generasi para imam Lewi dan “hakim” saat ini di Yerusalem akan berfungsi sebagai semacam Mahkamah Agung, pengadilan banding terakhir, orang-orang seperti yang ada saat ini di banyak negara di seluruh dunia, termasuk Israel dan Amerika Serikat. Pengadilan ini akan bertanggung jawab untuk menyelesaikan perselisihan mengenai berbagai masalah hukum seperti pembunuhan, hukum sipil, dan serangan. Itu saja!
Ayat tersebut tidak memberikan wewenang apapun kepada generasi berikutnya dari rabi-rabi di seluruh dunia (dimana itu bahkan menyebut rabbi?), juga tidak memberikan kewenangan kepada siapapun untuk mengatakan kepada semua orang Yahudi kapan berdoa, apa yang harus di doakan, bagaimana menyembelih ternak mereka, apa untuk percaya tentang Mahsiah, kapan mengunjungi orang sakit, dapat atau tidak seseorang menulis pada hari Sabat, dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya. Singkatnya tidak ada! Namun, dari ayat singkat ini para orang bijak tersebut telah diturunkan begitu banyak kekuasaan.
Adapun ayat 11, yang mengatakan, “Menurut kalimat hukum (the sentence of the law) yang mereka akan ajar kepadamu dan menurut keputusan yang mereka berikan kepada engkau. janganlah engkau menyimpang ke kanan atau ke kiri,” ini tepatnya ditafsirkan oleh Nachmanides komentator abad ketigabelas berarti: ”Bahkan jika itu nampak kepada Anda sebagai jika mereka [para rabbi; pada konteknya] merubah (are + vb+ing, present continous tense) ’kanan’ menjadi ’kiri’ … itu adalah kewajiban Anda untuk berpikir apa yang mereka bilang adalah ‘benar’ adalah ‘benar.’” Mengapa? Karena Roh Elohim ada pada mereka, dan Adonai akan menjaga mereka dari kesalahan dan dari kesandung.[3] Ini sungguh sebuah klaim! Jika para orang bijak tersebut berkata kepada Anda bahwa kiri adalah kanan, Anda harus mengikuti para pemimpin agama tersebut.
Mari ambil ini selangkah kedepan. Bagaimana jika 1000 nabi berkaliber Elia dan Elisa berkata kepada Anda bahwa Torah berarti satu hal, tetapi 1001 orang bijak berkata itu berarti sesuatu yang lain?
Siapakah yang Anda ikuti? Maimonides, cendekiawan Yahudi paling berpengaruh abad pertengahan, adalah tegas: “Putusan akhir adalah sesuai dengan 1.001 orang bijak.”[4] Ya, Talmud bahkan mengajarkan jika Elia sendiri berbeda dengan tradisi rabinik atau kebiasaan yang berlaku dari masyarakat – bukan Hukum Alkitabiah tetapi hanya tradisiatau kebiasaan yang mengenai Hukum itu-maka dia tidak harus diikuti.[5]
“Tapi,” Anda mungkin berkata, “mungkin ada sesuatu untuk itu. Bukankah seharusnya kita mengikuti arti yang sederhana dan jelas dari Alkitab bahkan jika beberapa nabi mengklaim bahwa Elohim mengatakan kepadanya lain hal? “Tentu saja kita harus. Tapi bukan itu yang Maimonides telah katakan. Dia benar-benar berpendapat bahwa jika seseorang seperti Elia menyukai arti yang sederhana dan jelas dari Kitab Suci sebagai ganti dari tradisi rabinik, tradisi tersebut itulah yang harus diikuti.
Jadi, seorang yang terbukti nabi sekalipun, didukung oleh kuasa Elohim dan mengikuti makna literal dari Alkitab, memiliki bobot berat yang kurang dari tradisi rabinik. Dan para orang bijak tersebut, oleh mayoritas bahkan satu, lebih berbobot daripada orang-orang seperti Elia dan Elisa dalam hal menafsirkan Hukum. Apakah hal-hal menjadi lebih jelas sekarang?
Lebih Berat – Rabi atau Elohim?
Tapi itu tidak berhenti di situ: Sebuah keputusan hukum yang dibuat oleh mayoritas orang bijak membawa bobot lebih daripada suara Elohim! Menurut salah satu cerita paling terkenal dalam Talmud (Baba Mesia 59b), ada perselisihan antara Rabi Eliezer Agung dan para orang bijak tentang apakah jenis oven tertentu dibersihkan secara ritual atau tidak. Dia menjawab setiap argumen mereka, tetapi mereka menolak untuk menerima keputusannya. Rabi Eliezer kemudian meminta serangkaian mujizat untuk memverifikasi keputusannya: “Jika Hukum sesuai dengan saya, maka biarkan pohon carob tercabut; biarlah aliran air berhenti mengalir; biar dinding rumah belajar runtuh.” Hebatnya, Talmud mengajarkan bahwa setiap mujizat terjadi, namun tetap para rabbi lainnya menolak untuk menerima.
Akhirnya, Rabbi Eliezer meminta Elohim sendiri untuk memverifikasi posisinya. Segera, terdengarlah suara dari sorga berkata: “Mengapa engkau menyulitkan Rabi Eliezer? Putusan hukum selalu sesuai dengan dia.” Kepada apa Rabbi Yosua mengklaim, “Itu bukan di sorga!” Dengan kata lain, karena Torah diberikan di Gunung Sinai (dan karenanya itu tidak lagi “di sorga “), keputusan-keputusan hukum harus dibuat semata-mata atas dasar penalaran manusia dan deduksi logis. Periode. Seperti yang diungkapkan oleh Rabi Aryeh Leib pemimpin yang sah: “Biarkan kebenaran muncul dari bumi. Kebenaran ada sebagai para orang bijak putuskan dengan pikiran manusia.”[6]
Jadi jika Elohim berbicara-seperti yang Ia telah lakukan di sini- para orang bijak dapat (dan harus!) menolak Dia kalau mereka tidak setuju dengan interpretasi-Nya. Apa dasar untuk sebuah posisi yang luar biasa itu? Talmud mengutip tiga kata terakhir dari Keluaran 23:2 dan menafsirkan mereka berarti [demikian], “Ikuti mayoritas.” Teks mengatakan yang sebaliknya! Bacalah seluruh ayat. Artinya itu adalah jelas, “Jangan mengikuti mayoritas.” Bahkan J.H. Hertz, bekas kepala rabbi Inggris, menulis: “Rabi mengabaikan arti harfiah dari tiga kata-kata Ibrani terakhir, dan membawa mereka untuk menyiratkan bahwa, kecuali bila itu adalah ‘untuk berbuat jahat,’ satu harus mengikuti mayoritas. “[7] Dan itu adalah dukungan mereka untuk meniadakan dan mengabaikan suara Elohim! Sebuah ayat yang mengatakan “Jangan mengikuti mayoritas” telah diiris dan ditafsirkan kembali sehingga dapat berarti, “Ikuti mayoritas,” dan, atas dasar ini, Elohim sendiri telah ditolak. Itu hampir mencabut napas Anda. [Kel 23:2 – Engkau jangan jadi pengikut orang banyak dalam hal kejahatan, juga jangan masuk dalam perselisihan yang menyesatkan, mengikuti orang banyak yang tersesat; Kitab Suci ILT]
Dapatkah Rabbi Mengubah Torat?
Hebatnya, teks Talmud melanjutkan dengan mengatakan bahwa Elia kemudian memberitahu salah satu rabi bahwa Elohim tertawa tentang kejadian mengatakan, “Putra-putraku mengalahkan Aku!” Bicara tentang “aturan mayoritas”! Tidak hanya itu benar bahwa 1.000 nabi yang mengikuti makna literal dari Alkitab tidak ada kesempatan berdiri melawan 1.001 orang bijak, tapi Elohim sendiri tidak memiliki kesempatan melawan bahkan dua orang bijak harus mereka mohon untuk berbeda dengan-Nya! Apakah Anda telah tahu bahwa kekuatan tradisi dan otoritas manusia melangkah terlalu jauh?
Ini tidak berarti bahwa para rabbi arogan atau tidak sopan. Mereka sederhananya percaya bahwa itu adalah (was; past tente) tugas mereka yang diberikan-Elohim untuk menafsirkan dan membuat Hukum-hukum, dan, lewat proses waktu, mereka telah menjadi percaya bahwa tradisi mereka suci. Mereka bahkan mengaku memiliki hak untuk mengubah Hukum alkitabiah jika perlu. Apa dukungan kitab suci mereka untuk ini? Mazmur 119:126: “Sudah saatnya bagi Engkau untuk bertindak, ya YAHWEH, hukum Mu sedang dirusak.”[terjemahan literal dari sumber aslinya] Anda mungkin berkata, “Saya tidak mengerti. Bagaimana ayat ini sudah dihubungkan dengan mengubah Hukum? “Tidak ada? Tapi itu benar-benar ditafsirkan ulang (tepatnya, disalahartikan secara total) berarti: ”Kadang-kadang untuk bertindak bagi Adonai, itu perlu merusak Hukum-hukum-Nya.” Saya tidak mencandai Anda.[8]
Apakah mengherankan, bahwa pada waktu Talmud meng-kriditkan [menghargai] para orang bijak tersebut dengan “mencabut Kitab Suci” dengan interpretasi mereka?[9] Ini adalah sesuatu yang perlu diingat pada waktu berikutnya ketika seorang mencoba berkata kepada Anda bahwa Yeshua dan Paulus pergi berkeliling melanggar dan mengubah hukum-hukum [YAHWEH]. [Pencabutan dan perubahan perkataan Allah (cerita ini dikenal dengan “satanic verses / ayat-ayat setan”) juga telah dilakukan oleh Muhammad].
Dan di mana para rabbi mengklaim bahwa Alkitab itu sendiri membuat referensi ke Hukum Lisan? Salah satu teks kunci adalah Keluaran 34:27: Berfirmanlah YAHWEH kepada Musa: “Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel.”Apa kena mengena ayat ini dengan Hukum Lisan? Tidak ada sama sekali. Jadi bagaimana para pembuat Talmud menemukan referensi di sini untuk Hukum tidak tertulis? Pertama, mereka gagal untuk mengutip awal dari ayat tersebut (“Tuliskan kata-kata ini”). Kemudian, mereka melihat bahwa frase Ibrani yang diterjemahkan “sesuai dengan” (‘al pi) sangat dekat dengan ungkapan Ibrani untuk “lisan” (‘ al peh). Jadi, ayat itu dipahami seolah-olah berkata: “Tuliskan kata-kata ini, untuk kesaksian atas kata-kata ini, saya telah membuat perjanjian dengan engkau dan dengan Israel” Tapi bukan itu yang bahasa Ibraninya katakan, karena setiap terjemahan Alkitab bahasa Ibrani yang tersedia akan memberitahu Anda secara langsung. Sebuah permainan kata adalah satu hal; arti sebenarnya adalah sesuatu yang lain.
Dan bagaimana Rashi, yang terbesar dari semua komentator Alkitab Yahudi, menangani arti jelas dari ayat ini bahwa perjanjian tersebut didasarkan pada Firman yang tertulis? Dia menafsirkan “Tuliskan kata-kata ini” berarti hanya kata-kata ini, menjelaskan bahwa itu tidak diijinkan menulis kata-kata Hukum Lisan.”[10] Jadi Elohim berkata, “Tulis!” namun tradisi berkata, “Jangan tuliskan itu seluruhnya!” Elohim membuat perjanjian-Nya dengan Israel berdasarkan apa yang disampaikan secara tertulis; Talmud mengatakan bahwa esensi sebenarnya dari perjanjian itu berdasarkan apa yang disampaikan secara lisan. Dan itu tidaklah aneh bahwa teks Alkitab dengan jelas menekankan Hukum Tertulis ini dimanfaatkan oleh Talmud untuk menunjuk ke Hukum Lisan – di dasari dari sebuah permainan kata-kata saja? Sebuah contoh mencengkeram ranting-ranting padi!
Tidak hadirnya sama sekali penyebutan Hukum Lisan dalam Alkitab Ibrani nyata langsung ke referensi yang sering kepada kaitan alamiah dari Hukum Tertulis yang ditemukan sepanjang Kitab Suci. Bacalah ayat-ayat Ulangan 31:24-26: Ketika Musa selesai menuliskan perkataan hukum Taurat itu dalam sebuah kitab sampai perkataan yang penghabisan (from beginning to end) [dan perhatikan: tidak ada sebagian dari Hukum yang Musa gagal tuliskan; dia telah menulis semuanya, dari awal sampai penghabisan], maka Musa (gave this command to the Levites) memerintahkan kepada orang-orang Lewi pengangkut tabut perjanjian YAHWEH, demikian:”Ambillah kitab Taurat ini dan letakkanlah di samping tabut perjanjian YAHWEH, Elohimmu, supaya menjadi saksi di situ terhadap engkau. Catatan: Kata-kata di dalam kedua kurung siku di sini berasal dari teks aslinya. Catatan: tanda kurung patah di sini berasal dari artikel aslinya.
Ada banyak ayat lain yang mengatakan hal yang sama, seperti Keluaran 24:78, Ulangan 17:14-20; 28:58-59; 30:9-10; Yosua 1:8; 23:06; 1 Raja-raja 2:13; 2 Raja-raja 22 : 13; 23:3,21; 1 Tawarikh 16:3940; 2 Tawarikh 30:5; 31:3; 35:26-27; Ezra 3:24; 6:18; Nehemia 10:28-29; 13:1; dan Daniel 9:13. Saya mendorong Anda untuk mencari ayat-ayat ini dan membaca dengan cermat. Dimana ada penyebutan sebuah Hukum Lisan?[11]
Dan, jika ada semacam rantai otoritatif penafsiran, mengapa ada perbedaan pendapat begitu banyak tentang hukum di hampir setiap halaman Talmud? Orang nyaris dapat mengatakan bahwa Talmud terdiri dari perbedaan pendapat dan diskusi tentang penafsiran dan penerapan Hukum. Dan mengapa komentar-komentar para rabbi besar berbeda dengan arti beratus-ratus ayat Alkitab? Dimana rantai otoritatif dari tradisi?
Tidak, Elohim tidak memberikan Hukum Lisan kepada Musa di Gunung Sinai. Penyebutan pertama-tama dari konsep seperti tradisi mengikat, tradisi lisan ada lebih dari 1400 tahun setelah Musa. Terlebih lagi, banyak kelompok-kelompok Yahudi yang ada pada zaman Yeshua, seperti orang-orang Saduki dan Eseni, tidak memiliki keyakinan dalam tradisi tersebut. Itu adalah doktrin yang berbeda dari orang Farisi. Mengapa? Karena mereka adalah orang-orang yang menemukan gagasan tentang sebuah rantai tak terputus yang mengikat, tradisi lisan, dimulai sesaat sebelum Yesus datang ke dunia. Dan, ketika mereka meneruskan tradisi unik mereka pada para penerus mereka, generasi baru mulai berkata: “Kami tidak menemukan ajaran-ajaran ini, kami mewarisi mereka. Mereka telah diteruskan kepada kita dari nenek moyang kita. Mereka mundur bertahun-tahun …. jalan balik… sejauh mundur kami dapat mengingat … semua balik kembali kepada Musa.” Tidak begitu!
Biarkan kebenaran diceritakan. Tidak ada Hukum rahasia yang diberikan kepada Musa dari mulut ke mulut atau diteruskan oleh dia secara lisan kepada para nabi alkitabiah dan pemimpin. Sebenarnya, nenek moyang kita terkadang lupa Hukum Tertulis (baca 2 Raja-raja 22 untuk contoh klasik ini). Sebuah Hukum Lisan tidak akan ada kesempatan berdiri. Dan tidak ada satu contoh dalam Alkitab di mana orang pernah dihukum, ditegur, atau bertanggung jawab untuk melanggar suatu yang dipanggil tradisi yang mengikat. Itu karena tidak ada tradisi seperti untuk istirahat. Hanyalah pelanggaran-pelanggaran dari Firman yang tertulis telah dianggap berdosa.
Kebenaran
Sekarang saatnya untuk mendengarkan Firman tersebut. Torah mengatakan bahwa di mana pun kita orang Yahudi, bahkan tersebar di seluruh dunia, “Dan baru di sana engkau mencari YAHWEH, Elohimmu, dan menemukan-Nya, asal engkau menanyakan Dia dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu (Ulangan 4:29). Nabi Yeremia memberi pesan yang sama: “apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, (Yeremiah 29:13). Dan Kitab Amsal mengatakan: Percayalah kepada YAHWEH dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6)
Elohim tidak akan mengecewakan Anda-jika Anda mencari dengan tulus kebenaran-Nya. Mengapa tidak merendahkan diri dan meminta bantuan-Nya? Ada tempat untuk alasan dan diskusi rasional, dan ada tempat untuk mencari Elohim juga. Mereka berjalan beriringan! Tetapi Adonai menentang mereka yang bijaksana menurut mata mereka sendiri. Pelajarilah Firman dan carilah Elohim. Anda tidak akan dikecewakan.
Ketika Musa dan para nabi tidak tahu bagaimana menafsirkan atau menerapkan Torat, mereka berdoa dan meminta Elohim untuk menjawab. Dan Elohim menunjukkan kepada mereka apa yang harus dilakukan![12] Mengapa tidak mengikuti langkah mereka? Mengapa ada [berlaga] lebih pintar dari Musa dan para nabi dan mencoba semuanya untuk diri sendiri?
Studi, ya, dengan segala cara. Tapi minta Elohim membuka mata Anda ketika Anda melakukan! (Itu persis bagaimana Pemazmur berdoa dalam Mazmur 119:18) Mintalah Elohim untuk memimpin Anda ke dalam kebenaran.
Ini tidak berarti bahwa para rabi berarti jahat. Mereka benar-benar percaya pada apa yang mereka lakukan, dan sering ada keindahan dan kebijaksanaan dalam kata-kata mereka. Mereka benar berkomitmen untuk tradisi-tradisi mereka, dan melalui tradisi-tradisi ini, mereka berusaha untuk mengikat orang Israel bersama-sama. Tapi, sementara tradisi mungkin telah mengikat kita bersama-sama, mereka miliki, yang lebih penting, mengikat kita.
Anda bisa dibebaskan hari ini.
“Untuk orang Yahudi yang percaya pada Dia, Yeshua berkata, “Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh 8:31-32)
Komentar oleh Sid Roth
Aku tidak pernah mendengar banyak percakapan tentang Ha Mashiah ketika saya masih kecil. Pada Seder Paskah kami, kami akan membuka pintu bagi Elia untuk mengumumkan Ha Mashiah. Tetapi orang dewasa telah memandang kejadian ini sebagai sebuah dongeng, hampir seperti versi Yahudi tentang Santa Claus. Saat aku semakin tua, saya menyadari itu hanya “berpura-pura,” tapi aku ikut-ikutan denan sandiwara ini demi anak-anak muda dan “tradisi.”
Setiap Paskah kita membaca Mazmur 118:22: “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Sekarang saya bahwa batu penjuru yang kita, para tukang bangunan (orang-orang Yahudi) telah tolak adalah Ha Mashiah. Tidaklah mengherankan Elisa tidak pernah datang ke seder Paskah kita. Meshiah telah datang untuk mati pada Hari Paskah. Yesaya 53:7 berkata Dia adalah (was; past tente) ”seperti domba (Paskah) yang dibawa kepembantaian.”
[Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. (Yesaya 53:7)]
Nama “Paskah” berasal dari Keluaran 12:13: Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada (pass over) kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu … (Kel 12:13). [Jadi Paskah artinya “melewati”]
Tetapi kenapa darah adalah penting? Imamat 17:11 mengatakan: “Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa.” Dengan kata lain, pengorbanan darah adalah satu-satunya pengganti yang dapat diterima untuk menebus dosa. Selama Paskah yang pertama [Hari terakhir orang Israel di Mesir], darah itu harus dipakai (dipoleskan) pada ambang pintu. Kemudian, di bawah Perjanjian Musa, binatang harus dikorbankan di Bait Elohim di atas mezbah (Imamat 1:11).
Inilah sebabnya mengapa kita baca dalam Talmud, Yoma 5a, tidaklah ada Yom Kippur tanpa darah. Sejak Bait Elohim dihancurkan pada tahun 70 AD, belum pernah ada korban-korban Bait bagi pengampunan dosa.
Bahkan, 40 tahun sebelum Bait itu dihancurkan, para rabi kuno telah mengenali tanda-tanda supranatural yang menakutkan bahwa Elohim tidak lagi menerima korban-korban binatang yang dipersembahkan (Yoma 39a, b). Itu adalah tahun Yeshua meninggal bagi dosa-dosa kita.
Bahkan nabi Yahudi Daniel mengatakan Mahsiah kita akan datang dan mati, bukan untuk dosa-dosa sendiri, tetapi untuk dosa-dosa kita sebelum Bait tersebut dihancurkan (Daniel 9:26).
Benar Yudaisme [dan semua faham keimanan dan world view] membutuhkan darah penebusan Yeshua!
Karena kita memiliki Bait Elohim saat ini, entah dosa-dosa kita tidak dapat ditebus, atau Elohim telah mengirimkan Mashiah-Nya.
Tentang siapakah doa Yom Kippur dari buku doa tradisional Yahudi berbica?
Urapan kebenaran kita telah keluar dari kita: ketakutan telah menguasai kita, dan kita tidak memiliki seorang juga utuk membenarkan kita.
Kami diurapi benar telah berangkat dari kami: horor telah disita kami, dan kami tidak memilikinya untuk membenarkan kita. Dia telah menanggung kuk kejahatan kita dan pelanggaran kita, dan terluka karena pelanggaran kita. Dia telah menanggung dosa-dosa kita pada bahu-Nya, supaya Dia dapat menemukan pengampunan yang disebabkan oleh kejahatan kita. Kita akan disembuhkan oleh luka-Nya, pada waktu itu Yang Abadi akan membuat Dia sebagai makhluk baru (Form of Prayers for Day of Atonement – Indonesia: Bentuk Doa untuk Hari Pendamaian, rev. ed., New York:.. Rosenbaum dan Werbelowsky, 1890, pp 287-88) .
oooOooo
Catatan kaki dari artikel aslinya:
[1] H. Chaim Schimmel, The Oral Law: A Study of the Rabbinic Contribution to Torah She-Be-Al-Peh (rev. ed., Jerusalem/New York: Feldheim, 1987, italics added).
[2] Z. H. Chajes, The Student’s Guide Through the Talmud, translated and edited by Jacob Schacter (New York: Feldheim, 1960), 4.
[3] See Nachmanides to Deuteronomy 17:11 and also the Babylonian Talmud, Baba Batra 12a.
[4] See Maimonides’ introduction to his commentary on the Mishnah.
[5] See again Maimonides’ introduction to his commentary on the Mishnah, and also the Babylonian Talmud, Yebamot 102a
[6] See the introduction to his Ketzot HaHoshen on Hoshen Mishpat in Shulhan Arukh.
[7] Dr. J. H. Hertz, The Pentateuch and Haftorahs (London: Soncino, 1975), 316. The only real issue is whether to translate the Hebrew word rabbîm in this verse with “many” or “mighty.” (The Talmudic passage in Baba Mesia 59b, of course, understood the word to mean “many”—in other words, the majority.) Either way, the meaning is impossible to dispute: Don’t follow the rabbîm!
[8] See the Babylonian Talmud, Berakot 54a.
[9] See, for example, the Jerusalem Talmud, Kiddushin 1:2, 59d; the Babylonian Talmud, Sotah 16a, with Rashi’s comments to the words ‘oqeret and halakah.
[10] . See also Gittin 60a in the Babylonian Talmud
[11] . It is possible that a rabbinic Jew might point to Nehemiah 8:8, the only verse which mentions that the Levites made the Law clear as it was being read. This means either that they translated it into a more understandable language (probably Aramaic for the exiles), or else they explained its meaning. This, of course, was the role of the priests and Levites: to educate the people in the Torah (see Leviticus 10:1011). But, once again, to make some connection between this verse and an alleged unbroken chain of binding tradition is to build a mountain out of a non-existent mole hill.
[12] . See, for example, Leviticus 24:1023; Numbers 9:114; 15:3236; 27:15; Zechariah 7.
Bacaan berkait:
- Peringatan penting untuk anak-anak Kerajaan Sorga
- Siapakah ALLAH? Titel atau Nama?
- Penyembahan kepada Salib
- Percakapan Adonai Yahshua dan umat-Nya tentang Sabat
- Doktrin Roma Katolik: Benarkah Bunda Maria Ratu Sorga?
- Sejarah perayaan hari Valentine
- Hubungan Rasul Petrus dengan Roma Katolik
- Teori Evolusi, teori yang tidak saintifik
- Alkitab dan Ilmu Pengetahuan
Artikel ini boleh dipakai, namun sertakan alamat situsnya https://senjatarohani.wordpress.com/. Hargailah karya tulis orang lain. Salam dan terima kasih, Senjata Rohani’s Weblog
Filed under: Kesaksian Pertobatan, Pedang Roh | Tagged: doktrin Kristen, Kristianiti, nabi Musa, ritual agama, Taurat, Torah, tradisi agama, Yahudi ortodok, Yudasime rabbinik | Leave a comment »