Apakah nabi Muhammad yakin keselamatannya? – menurut Kuran dan Hadis


Di dalam kasih tidak ada ketakutan. Sebaliknya, kasih yang sempurna membuang ke luar ketakutan, karena ketakutan mengandung hukuman, dan siapa yang takut , ia belum disempurnakan di dalam kasih – Rasul Yohanes (1 Yohanes 4:18)

Kata pengantar dari AnPerjalanan melalui Kuran kepastian keselamatan kekalggur Baru. Bulan Ramadan adalah bulan yang paling penting bagi umat Islam dari segala aliran, bulan dimana setiap Muslim berpuasa dan merendahkan hati mereka untuk mencari kehendak Pencipta mereka dengan tujuan berusaha untuk menyenangkan dan memuaskan-Nya. Oleh karena itu saya ingin menyumbangkan rasa perhatian saya kepada para Muslim melalui artikel ini – yang saya pikir bisa membantu menjawab pencarian dan pencapaian tujuan yang dimaksud.
Artikel ini adalah kutipan singkat dari karya tulis Sam Shamoun berjudul Was Muhammad certain of his Salvation? Examining the capriciousness[1] of Allah as the cause of Muhammad’s uncertainty (Apakah Muhammad yakin keselamatannya? Meneliti ketidak pastian Allah sebagai penyebab ketidak pastian Muhammad).
Kalimat atau huruf dalam tanda kurung siku “[…]” berasal dari penterjemah, bagaimanapun penebalan dan tanda kurung ”(…)” berasal dari sumber aslinya dan mengutip sumber aslinya, kecuali jika ditulis lain. Kutipan ayat Alkitab bahasa Indonesia diambil dari Kitab Suci Indonesian Literal Translation edisi II, kecuali ditulis lain.
Jika Anda berkesempatan dan mengerti bahasa Inggris silahkan langsung mempelajari artikel ini pada sumber aslinya: Was Muhammad certain of his Salvation?

Brother Sam Shamoun adalah seorang Apologist Kristen[2] untuk Islam. Ia lahir di Kuwait dari sebuah keluarga Irak Kristen – Gereja Timur bangsa Asyur (Assyrian) yang dikenal juga sebagai Gereja Nestorian, namun dikemudian hari ia menjadi seorang “Injili” dalam iman Kristennya. Ia aktif di http://answering-islam.org/ , http://www.answeringmuslims.com/ dan http://www.abnsat.com/
Brother Sam memiliki facebook: https://www.facebook.com/SamShamoun


Pada artikel ini brother Sam Shamoun membahas

  1. ketidak pastian nabi Muhammad dari catatan ayat-ayat Kuran dan Hadis Sahih al-Bukkhari [satu dari sedikit Hadis yang dianggap sangat asli dan telah diakui oleh para guru Islam Sunni di seluruh dunia].
  2. Komentar guru Islam atas tulisan-tulisan keraguan Muhammad.
  3. Ketidak yakinan dua tokoh sejarah Islam, al-Bukkhari dan Omar, pada hari-hari kematian mereka.
  4. Memberi jalan keluar bagi para Muslim untuk keluar dari ketidak pastian ”hidup setelah mati” untuk masuk ke dalam keselamatan yang sempurna. Selamat membaca, semoga menjadi berkat dan tercerahkan. Salam sejahtera, Anggur Baru

[1] Menurut Kuran, Muhmmad tidak yakin entah Allah akan menyelamatkan dia

Atau mereka berkata, ’Dia telah melupakan itu’? Katakan: ’Jika saya telah melupakannya, kalian tidaklah memiliki kuasa untuk menolongku melawan Allah. … Katakan: Saya tidak menginofasi diantara para Utusan, dan saya tidak tahu apa yang akan ada dilakukan dengan ku dan kalian. Saya hanyalah mengikuti apa yang dinyatakan pada ku; saya hanyalah sekedar seorang pemberi peringatan.” Surah 46:8-9 Mekka.


Narasi-narasi yang disebut sungguh asli membuat itu jelas bahwa Muhammad sedang berbicara mengenai nasiv kekekalannya:
Dinarasikan ’Um al-Ala: Demi Allah, meskipun saya adalah Rasul Allah, namun saya tidaklah tahu apa yang Allah akan lakukan pada ku.” (Sahih al-Bukhari, Volume 5, Book 58, Number 266)
[Pernyataan Muhammad ini meresponi keyakinan seorang ibu Muslim Ansari yang berkata kepada Abu As-Sa’ib yang sedang menuju ajalnya, di depan nabi Muhammad, “O Abu As-Sa’ib, kiranya Kemurahan Allah ada padamu! Saya bersaksi bahwa Allah telah menghormatimu.” Yang diresponi oleh Muhammad, “Bagaimana kamu tahu bahwa Allah telah menghormati dia?” dan kemudian keluarlah sumpah Muhammad tersebut.]


Dan:
Dinarasikan Abu Huraira: Ketika Allah menyatakan ayat: Peringatkan para sepupu dekatmu,” Rasul Allah bangkit berdiri dan berkata,
”O masyarakat Quraish! Belilah (yakni selamatkanlah) dirimu kalian sendiri (dari Api Neraka) sebagaimana saya tidak dapat menyelamatkan kalian dari Hukuman Allah,
O Bani Abd Manaf! saya tidak dapat menyelamatkan kalian dari Hukuman Allah,
O safiya, bibi dari rasul Allah! saya tidak dapat menyelamatkan kalian dari Hukuman Allah;
O Fatima bint Muhammad! Mintalah dari ku apa pun dari kekayaanku, tetapi saya tidak dapat menyelamatkan mu dari Hukuman Allah.” (Sahih al-Bukhari, Volume 4, Book 51, Number 16)

Referensi-referensi ini haruslah mengganggu Muslim apa pun. Jika dia sendiri, Muhammad, satu-satunya pendiri dan nabi dari agama Islam, adalah tidak yakin dimana ia akan menghabiskan kekekalan maka bagaimana dapat Muslim tahu dimana mereka akan pergi setelah mereka meninggal dunia?


[2] Para pakar Muslim menyelamatkan!
Tidaklah perlu untuk dikatakan, pernyataan-pernyataan ini tidaklah hadir dengan nyaman bagi para Muslim, khususnya bagi para pakar Islam (the scholars). Mereka jelas gelisah oleh kenyataan bahwa bahkan nabi mereka sendiri, yang dianggap ada sebagai standard kesempurnaan moral, telah tidak tahu pasti entah dia pergi ke Sorga atau Neraka. Karenanya beberapa Muslim telah keluar dengan cara-cara penjelasan yang menyenangkan dari pernyataan-pernyataan yang mengganggu tersebut. [Garis bawah dari penterjemah]
Beberapa Muslim percaya pernyataan-pernyataan tersebut adalah tercipta sebelum Muhammad tahu bahwa ia akanlah ada pergi ke Sorga. Beberapa lainnya berpendapat Q. 46:9 [Surah yang dikutip di atas] bahkan tidak berbicara tentang setelah meninggal tetapi kehidupan [saat] ini, contoh: Muhammad tidak tahu entah ia akan ada ditolak oleh orang-orang, diusir atau dibunuh dsb.
Masalah dengan penjelasan kedua tersebut adalah ini bertentangan secara langsung dengan laporan-laporan Hadis yang khusus berurusan dengan masalah-masalah setelah kematian, bukan kehidupan dalam dunia (fana) ini.
Bahkan Bassam Zawadi Muslim polemicist, yang mencoba mengalamatkan topic ini, menerima Q. 46:9 adalah berurusan dengan tujuan kekekalan Muhammad: ”Saya secara pribadi memilih pemecahan pertama. Sebab ini nampak untuk ku bahwa kontek hadis di Sahih Bukhari membuat itu muncul bahwa Nabi (damai ada di atasnya) sedang berbicara tentang bagaimana dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada dia setelah hidup (the hereafter). . (Was Prophet Muhammad Uncertain of His Own Salvation?; source; underline emphasis ours)


Tepatnya, apakah Muhammad telah diampuni dosa-dosanya?
Menurut bebarapa penjelas (expositors) di atas Q. 46:9 telah dibatalkan atau diganti oleh Q. 48:2. [Muslim yang percaya Kuran adalah murni dan tidak pernah berubah, sesungguhnya ia tidak mengerti fondasi ajaran agamanya sendiri. Pembatalan dan penggantian ayat di Kuran adalah bagian dari ajaran Islam, bahkan nabi Muhammad sendiri mempraktekkannya.]
Tetapi apakah ayat ini tepatnya berkata? Sungguhkan itu mengklaim bahwa Allah telah mengampuni semua dosa-dosa Muhammad masa lalu dan kemudian? Mari kita lihat:
”Ketahuilah! Kami[3] telah memberi kamu (O Muhammad) sebuah tanda kemenangan, Bahwa Allah KIRANYA mengampunimu dari dosamu yang dimasa silam dan yang akan datang, dan KIRANYA kesempurnaan kemurahan-Nya bagi mu, dan KIRANYA menuntunmu pada jalan yang benar.” Surah 48:1-2 Pickthall, Medinan
Sebagaimana para pembaca dapat melihat bagi diri mereka sendiri referensi tersebut tidak berkata bahwa Allah TELAH mengampuni Muhammad secara komplit, tetapi ia KIRANYA mengampuni utusannya dari dosa-dosanya. Lebih lanjut, surah berikut, yang dibuat pada waktu berikutnya [di Medina], menunjukkan bahwa Allah tidaklah mencabut semua dosa-dosa Muhammad:
“Ketika datang Pertolongan Allah (atas mu, O Muhammad melawan musuh-musuhmu) dan penaklukkan (Mekka), dan kamu melihat bahwa orang-orang memasuki agama Allah (Islam) dalam perkumpulan, megahkanlah puji-pujian Tuhanmu, dan mintalah Pengampunan-Nya. Sesungguhnya, Dia adalah Pribadi yang menerima pertobatan dan pengampunan.” S. 110:1-3 Medinan


Muhammad hidup dalam ketakutan-ketakutan dan keraguan-keraguan yang berkelanjutan
Contoh, Allah membuat Muhammad mengulang masalah tersebut, meskipun ia seorang utusan, ia tidak tahu apa yang akan terjadi dan ia tidak memiliki kuasa untuk melukai atau menguntungkan siapa pun:
Katakan (kepada mereka, O Muhammad): Saya berdoa hanya kepada Allah, dan diluar Dia tidak ada yang lain. Katakan: Ketahuilah! Saya tidak mengontrol melukai maupun menguntungkan bagi mu. Katakan: Ketahuilah! Tidak seorangpun dapat melindungi ku dari Allah, tidak juga saya dapat perlindungan apapun disamping Dia …. Katakan (O Muhammad, kepada orang-orang tak beriman itu): Saya tidak tahu entah kamu dijanjikan adalah dekat, atau jiak Tuhanku telah mengatur suatu jarak untuk itu.” S. 72:20-25 Pickthall Meccan
[Referensi lainnya yang diberikan oleh brother Sam, contoh:]
S. 17:73-75 Shakir Meccan
S. 69:40-46 Y. Ali Meccan

Allah merendahkan nabinya

Dinarasikan Aisha:
Mejik telah bekerja pada Rasul Allah sehingga ia terbiasa berpikir bahwa ia telah memiliki hubungan-hubungan sex dengan para istrinya walaupun sesungguhnya ia tidak melakukannya. …[Muhammad diberi pengertian oleh Allah, ia bercerita kepada Aisha, bahwa imajinasi kotornya terjadi karena ia sedang berada di bawah jampi/ majik seseorang]. Saya berkata (kepada Nabi) ”Mengapa kamu tidak memperlakukan dirimu sendiri dengan Nashra?” Ia menjawab, ”Allah telah mengutuki aku; saya tidak suka membiarkan kejahatan menyebar diantar orang-orangku.” (Sahih al-Bukhari, Volume 7, Book 71, Number 660)

Dinarasikan Anas bin Malik:
Seorang Yahudi membawa daging domba (yang telah dimasak) beracun bagi Nabi yang telah memakannya. Ia [wanita Yahudi tersebut] dibawa kepada Nabi dan ia ditanya, “Akankah kami membunuh dia?” Ia menjawab, “Jangan.” Saya terus menerus melihat pengaruh sampingan racun pada langit-langit mulut rasul Allah.” (Sahih al-Bukhari, Volume 3, Book 47, Number 786)

Sahih al-Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 713 [referensi lain dari Bro Sam]

[Dalam Alkitab, Elohim menjamin bahwa orang benar tidak akan terpengaruh dengan kutukan dan mantera-mantera serangan musuhnya. Baca Amsal 26:2, juga 3:33]

[3] Dua Muslim pertama
Akhirnya, untuk menutup Bab ini kita akan melihat pada sikap dua Muslim terbesar dan paling mula-mula, yang menunjukkan bagaimana mereka merasakan sebagaimana kematian mendekati. Jens Christensen, setelah bertahun-tahun mempelajari Islam, menulis,[14] [catatan penterjemah: kurung siku bernomor diakhir kalimat ini dan seterusnya adalah berasal dari sumber aslinya]

Satu dari beberapa hal yang sering mengejukan ku dalam pelajaran-pelajaran awal tentang Islam adalah catatan putus asa dan ketidakamanan yang ditemukan dalam ucapan-ucapan ranjang kematian dari begitu banyak dari orang-orang terkemuka Islam.

Abu Bakr, sebagai contoh, adalah seorang pemimpin diantara para orang-orang berkarakter mulia dan seorang Muslim sejati. Namun itu dikatakan tentand dia adalah ia sangat ketakutan akan masa depan dan telah berusaha begitu keras dibawah tekanan bahwa nafasnya sering seperti sebuah hati terpanggang. Menurut dua tradisi, ia telah berkata ke Aisha [putrinya sendiri, istri kesayangan Muhammad] pada hari kematiannya,
”Oh puteriku, ini adalah hari pembebasanku dan kepemilikan gurunku. – jika kebahagian, itu akan ada bertahan; jika penderitaan itu akan tidak pernah berakhir.” [12]
Kalian melihat dua ”jika” tersebut? Tidak ada dalam Islam dapat menbuang mereka; bakan fakta bahwa Abu Bakr tidak diberikan title ”Atiq (bebas) sebab Muhammad anggaplah telah berkata kepadanya: ”kamu bebas (diselamatkan) dari Api.”

Ketika Omar terbaring pada ranjang kematiannya, ia dilaporkan ada berkata,
”… Saya tidaklah lain daripada sebagai orang tenggelam yang melihat kemungkinan melarikan diri dengan kehidupan, dan harapan untuk itu, tapi ketakutan-ketakutan ia mungkin mati dan kehilangan itu, … Lebih putus asa daripada orang tenggelam adalah dia yang melihat surga dan neraka adalah terkubur dalam penglihatan tersebut. Dan akhirnya menyentuh wajahnya melawan bumi dia berteriak keras: ’Celaka untuk Omar, dan celaka untuk ibunya Omar, jika itu tidaklah menyenangkan Tuhan untuk mengampuni ku.”

Kamu lihat kesulitan Omar? Itu adalah ungkapan ketidak pastian dalam ”jika” dari kalimat terakhir. ”Jika” ini merefer ke Allah; ”jika” itu tidak memuaskan Tuhan untuk mengampuni dia. [Penebalan dari penterjemah]

Ketika Yazid mengubur Omar ayahnya, ia mengutip sebagamana dikatakan: ”Saya tidak akan memuliakan dia dihadapan Yang Mahakuasa dalam siapa dia telah pergi untuk menghadap. Jika Dia mengampuninya itu akanlah ada karena rahmat-Nya; jika Dia membalas dendam padanya, itu akanlah ada untuk pelanggaran-pelanggarannya.

Lagi di sini kita memiliki dua ”jika:”
Jika Allah mengampuni …
Jika Allah membalas dendam …

Pernyataan Yazid ini tampaknya bagi saya melambangkan seluruh Islam. [14] Tidak ada seorangpun dari Muhammad sendiri, sampai ke Muslim tidak berbicara bahasa Arab yang paling tidak berpendidikan yang hanya mengetahui sedikit doa-doa, akanlah pernah menganggap tahu atau berani memprediksi apa “jika” akan berarti bagi dirinya.[15] … [Garis bawah dari penterjemah]

Notes…
12. This and the following quotations about Omar are found in The Torch of Guidance to the Mystery of Redemption translated by Sir W. Muir, printed by the Religious Tract Society, London [Christensen’s footnote]
13. Hughes, op.cit., p.654.
14. Practical Approach, Pakistan, 1960 as correspondence course. Republished 1977, p. 379.
15. Ibid., p. 381 (Dr. William Campbell, the Qur’an and the Bible in light of History and Science, Section Six: Jesus and Muhammad, Two Prophets For A Lost World?, Chapter V. The Power of Intercession; source)

[4]. Mengundang para Muslim kepada Elohim yang dapat ada dipercaya untuk menyelamatkan secara sempurna
Ada Satu Pribadi, bagaimanapun, yang dapat benar-benar dipercaya melakukan sebagaimana Dia katakan dan yang meyakinkan orang-orang yang mengasihi-Nya bahwa mereka akan mengalami pengampunan dan kedamaian yang sejati.
Ganti dari ketakutan dan ketidakamanan yang ditanamkan oleh Islam, menundukkan para Muslim kepada roh terror dan keputus asaan, Elohim yang sejati yang dinyatakan dalam Kitab Suci (Holy Bible/ Alkitab) menawarkan harapan-harapan kehidupan dan kebebasan dari rasa takut akan kematian dan penghukuman. Elohim telah melakukan ini dengan mengirimkan Putra-Nya yang kekal untuk menyelamatkan para pendosa yang memberontak dari kekudusan dan keadilan murka Elohim melalui kematian sebagai korban bagi dosa-dosa mereka:

Namun kita milihat YESUS (Yeshua) yang dimahkotai kemuliaaan dan hormat, setelah dibuat sedikit lebih rendah daripada para malaikat melalui penderitaan kematian, sehingga dalam anugerah Elohim Dia dapat merasakan kematian ganti semua orang. … Selanjutnyam karena anak-anak kecil itu telah memiliki persekutuan daging dan darah, maka Dia sendiri dengan cara yang sama telah ambil bagian dalam hal yang sama, sehingga melalui kematian, Dia dapat memusnahkan dia yang memiliki kuasa atas maut, yaitu si Iblis; bahkan Dia dapat membebaskan mereka, siapa saja yang menjadi korban perbudakan dalam ketakutan akan kematian di sepanjang hidupnya. Sebab sesungguhnya, Dia menaruh perhatian bukan terhadap para malaikat, sebaliknya, Dia menaruh perhatian terhadap keturunan Abraham. Itulah sebabnya, dalam segala hal Dia harus dijadikan sama dengan saudara-saudara, supay Dia dapat menjadi seorang Imam Besar yang penuh kemurahan dan yang setia terhadap Elohim, sehingga dosa-dosa umat dapat diperdamaikan. Sebab oleh-Nya, Dia sendiri telah menderita ketika dicobai, dengan demikian Dia mampu menolong mereka yang sedang dicobai.“ Ibrani 2:9, 14-18.

Elohim berjanji semua yang menaruh kepercayaan dan iman sepenuhnya dalam Putra-Nya yang terkasih, Adonai Yeshua, akan menjadi anak-anak rohani-Nya dan akan memiliki pengampunan total dari dosa-dosa mereka:
“Dia selalu ada dalam dunia [terjemahan yang lebih tepat: Dia telah ada dalam dunia], dan oleh-Nya dunia telah jadi, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Dia telah datang kepada milik-Nya, dan milik-Nya tidak menerima Dia. Namun, berapa banyak orang yang telah menerima Dia, kepada mereka Dia telah memberikan otoritas untuk menjadi anak-anak Elohim, yaitu kepada mereka yang percaya dalam nama-Nya, mereka yang telah dilahirkan bukan dari darah dan bukan dari keinginan daging bahkan bukan dari keinginan seorang pria, melainkan dari Elohim. Yohanes 1:10-13

”Oleh karena itu, sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus YESUS (Mashiah Yeshua), yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Sebab hukum Roh kehidupan di dalam Kristus YESUS telah membebaskan aku dari hukum dosa dan maut. … Sebab siapa saja yang dipimpin oleh Roh Elohim, mereka adalah anak-anak Elohim. Sebab kamu tidak menerima lagi roh perbudakan sehingga menjadi takut, melainkan menerima Roh adopsi sebagai anak, yang olehnya kita berseru, ”Abba! Sang Bapa.” (Abba, Father; EMTV). Roh itu sendiri bersaksi bersama roh kita bahwa kita adalah anak-anak Elohim. … Roma 8:1-2, 14-17

“Namun ketika penggenapan waktu telah datang, Elohim megirimkan Putra-Nya supaya dilahirkan dari seorang wanita sambil dilahirkan di bawah torat … Dan karena kamu adalah anak, Elohim telah mengirim Roh Putra-Nya ke dalam hatimu, untuk berseru, ”Abba, Bapa!” Maka dari itu, kamu bukanlah lagi hamba, melainkan akan, dan jika anak, maka juga ahli waris Elohim melalui Kristus. Galatia 4:4-7

”Lihatlah, betapa besarnya kasih yang telah Bapa berikan kepada kita sehingga kita disebut anak-anak Elohim; … 1 Yohanes 3:1-2

Adonai Yeshua telah menyatakan secara langsung bahwa siapapun yang percaya kepad Dia tidak akan pernah mati, atau terpisahkan dari kasih dan hubungan dengan Elohim:

”Sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu, siapa yang mendengarkan firman-Ku, dan percaya kepada Dia yang telah mengutus Aku, ia memiliki hidup kekal dan tidak masuk ke dalam penghakiman, melainkan telah berpindah dari kematian kepada kehidupan.” Yohanes 5:24
”…YESUS berkata kepadanya, ’Akulah kebangkitan dan kehidupan. Siapa yang percaya kepada-Ku, walaupun sudah mati, dia akan hidup. Dan setiap orang yang hidup serta percaya kepada-Ku sekali-kali tidak akan mati selama-lamanya. … Yohanes 11:23-27

Sekarang bandingkan ini dengan kata-kata dari ilahnya Muhammad:
”Sesungguhnya, engkau (O Muhammad) akan mati dan sesungguhnya, mereka (juga) akan mati. Kemudian, pada Hari Kebangkitan, engkau akan ada dipermasalahkan dihadapan Tuhanmu. Surah 39:30-31

“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah (Elohim), percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.” Kata Tomas kepada-Nya: “Tuhan (Adonai), kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?” Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:1-6, ITB)

”Aku telah mengatakn hal-hal ini kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera di dalam Aku. Di dunia ini kamu telah mengalami kesukaran, tetapi teguhkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” Yohanes 16:33
”Sebab semua yang dilahirkan dari Elohim, ia menaklukkan dunia, dan inilah kemenangan yang telah menaklukkan dunia: iman kita. Siapakah dia yang menaklukkan dunia jika bukan dia yang percaya bahwa YESUS adalah Putra Elohim? 1 Yohanes 5:4-5

Kami mengundang para Muslim ke Elohim ini, kepada Dia yang telah menampakkan dalam Pribadi dan bekerja dalam Adonai Yeshua ha Mashiah. Hanyalah Elohim yang menyatakan dalam Ha Mashiah yang dapat menyelamtkan para Muslim dari dosa-dosa dan keragu-raguan mereka, sebab Dia telah memberikan bukti dari kasih-Nya dan kehendak-Nya untuk menggampuni mereka secara penuh melalui membangkitakan Putra-Nya yang terkasih, Adonai Yeshua Ha Mashiah dari kematian. Kebangkitan Ha Mashiah adalah bukti bahwa adanya kehidupan diseberang kuburan dan mereka yang berpaling kepadaDia akanlah hidup dalam kasih dan damai yang sempurna, dan berhubungan dengan Pencipta mereka selamanya:
Injil Yohanes 14:18-20
Kisah para Rasul 10:34-43
Kisah para Rasul 17:30-31
Roma 4:23-25 dan 5:1, 8-11
Ibrani 7:14-16 dan 24-28

Amin. Datanglah Adonai Yeshua, datanglah! Kami percaya dan mengetahui bahwa Engkau adalah Putra Elohim yang kekal yang secara sempurna menyatukan kami dengan Elohim dan menyelamatkan kami secara sempurna dan selama-lamanya.
Kami mengasihi dan menyembah Mu, yang telah bangkit dan Adonai yang dikasihi. Amin!

Catatan kaki:
1. Capricious indentik dengan kata-kata misalanya: inconsistent, temperamental, uncertain, unpredictable, unsettled, unstable. http://www.merriam-webster.com/dictionary/capriciousness
2. Apologist adalah seorang yang membela atau mendukung sesuatu yang ada dikritik atau diserang oleh orang-orang lain. Kamus Merriam Webster
3. Kata “Kami” banyak muncul di Kuran merefer pada perkataan Allah, sementara Kuran menyatakan bahwa agama Islam adalah agama Monothesm (kepercayaan berdasar bahwa “Tuhan” adalah pribadi yang tunggal, tidak jamak). Jika Allah adalah pribadi yang tunggal seperti diyakini oleh pakar Islam, maka siapakah “Kami” pada surah tersebut?

Artikel ini boleh dipakai, namun sertakan alamat situsnya https://senjatarohani.wordpress.com/. Hargailah karya tulis orang lain. Salam dan terima kasih, Senjata Rohani’s Weblog

Tulis komentar Anda di sini - dengan etika dan integrity. Thanks!