Hukum dan praktek poligami di dalam Alkitab


Hatiku mengikuti firman-Mu: “Carilah wajah-Ku”; maka wajah-Mu kucari, ya YAHWEH.  (Maz 27:8)

Poligami artinya menikahi lebih dari satu orang pada masa pernikahan yang sama, singkatnya poligami adalah pernikahan majemuk.

Membicarakan praktek poligami merupakan sesuatu yang sangat komplek di jaman ini. Di banyak negara-negara Islam, praktek poligami masih berlaku saat ini, sebab Alkuran mengijinkannya, seorang Muslim boleh memiliki maksimum empat istri. Namun wanita Muslim tidak boleh bersuami lebih dari satu. Sebaliknya di negara-negara Barat, praktek poligami ini sangat ditentang, andaikan ada suami yang beristri dua, maka istri kedua tidak diperhitungkan dan akan kehilangan tunjangan sosial dari pemerintah.

Alkitab menulis banyak sekali tentang pernikahan. Dan pada Perjanjian Lama kita temukan praktek-praktek poligami. Artikel ini meneliti poligami atau pernikahan majemuk dalam terang Alkitab

Poligami atau pernikahan majemuk dalam Perjanjian Lama
Ajaran dan praktek adalah dua hal yang berbeda. Praktek poligami telah dikenal sejak lama. Praktek ini pertama kali tercatat di Alkitab dilakukan oleh Lamekh, generasi kelima dari Kain putra pertama Adam dan Hawa. (Kel 4:1,19). Abraham atas desakan isterinya sendiri, Sarah, mengambil Hagar perempuan Mesir (budaknya Sarah) untuk tujuan memberikan keturunan. Cara Sarah ini diikuti oleh Rahel dan kemudian oleh kakak perempuannya Lea, keduanya adalah isteri Yakub. Rahel memberikan budaknya yang bernama Bilha (Kej 30:4) dan Lea memberikan Zilpa (30:9).Yakub hanya ingin menikahi Rahel adiknya Lea, namun Laban, bapa dari kedua gadis ini memberikan Lea dimalam pengantin Yakub-Rahel (Kej 29:25). Jadi Yakub mempunyai empat isteri. Daud dan anaknya Salomo juga melakukan praktek poligami.

Pertanyaan kita sekarang adalah: ”Apakah dengan adanya praktek-praktek  poligami di Alkitab Perjanjian Lama itu berarti Elohim setuju?” atau pertanyaan yang lebih tepat lagi: ”Apakah praktek poligami ini hasil dari ajaran (pemikiran dan rencana) Elohim untuk umat-Nya?”

Jawaban yang jujur dari pertanyaan di atas ada tertulis di Alkitab, baik di Alkitab Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru.

Tentang Adam dan Hawa Alkitab menulis: Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging (Kej 2:24).

Inilah definisi YAHWEH tentang pernikahan pada mulanya:

  • Tempat tinggal: pria yang menikah tidak tinggal bersama dengan orang tuanya lagi, tapi keluar dari lingkungan orang tuanya. Sebab pria ini menjadi kepala /penanggung jawab bagi keluarga barunya sendiri.
  • Jenis kelamin mereka: laki-laki bersatu dengan perempuan, isterinya. Bukan laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan.
  • Bentuk pernikahan: menjadi satu daging. bukan poligami, tetapi monogami. Ini terjadi ketika manusia belum jatuh kedalam dosa. Bila pria ini mempunyai dua atau tiga isteri maka itu disebut menjadi dua atau tiga daging.

Ketika Elohim melihat Adam (pria pertama) seorang diri saja, YAHWEH berkata: YAHWEH Elohim berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kej 2:18). Apa yang kemudian Elohim lakukan?

  • Elohim tidak memberikan kepada Adam seekor binatang untuk menjadi pendampingnya yang sepadan.
  • Elohim tidak juga menciptakan Adam kedua atau pria lainnya untuk menjadi pendamping Adam.
  • Elohim juga tidak menciptakan dua, tiga atau lebih wanita untuk pendamping Adam, tetapi
  • Ia menciptakan hanya Hawa (wanita pertama) untuk menjadi pendamping Adam. Hawa adalah pasangan yang sepadan dengan Adam: seorang pria dan seorang wanita.

Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu (Kej 2:25). Itulah kehidupan pernikahan di taman Firdaus, ketika manusia belum berdosa. Berhubungan intim dengan istri pertama tidak membuat keduanya malu. Namun rasa malu akan datang  bila suami melakukan itu pada istri kedua; hati nurani kedua insan ini menyadari itu: pria sedang tidak setia dengan istri pertamanya, dan istri kedua sedang mencuri hati dan jiwa pria dari rekan wanita lainnya.

Setelah seluruh generasi Kain dihancurkan oleh air bah, dan menyisahkan Nuh beserta keluarganya (dari generasi Set, anak ketiga Adam dan Hawa; Kej 4:25-26). Manusia kembali jatuh pada dosa dan kesalahan yang sama, sehingga YAHWEH memisahkan Abraham untuk menghasilkan generasi yang baru (Kej 12). Abraham melahirkan Ishak, dan Ishak melahirkan Yakub, dari Yakub lahirlah 12 suku Israel.

Setelah Israel keluar dari perbudakan Mesir, YAHWEH memberi perintah kepada Musa tentang beberapa peraturan menjadi raja Israel:   Juga janganlah ia mempunyai banyak isteri,…  (Ul 17:17).  Perintah ini datang sekitar 400 tahun sebelum Israel memiliki raja pertama. YAHWEH tidak ingin umat-Nya mengikuti gaya hidup yang dilakukan oleh bangsa-bangsa sekitar mereka.

Praktek poligami terakhir di antara orang Israel tercatat pada 2Tawarikh 24:3 terjadi pada masa raja Yoas. Dan setelah jaman raja-raja Israel berakhir, praktek poligami juga berakhir pula, digantikan dengan praktek kawin-cerai; menceraikan istri mereka dan mengawini wanita lain (Mal 2:13-16).

Ayat-ayat Perjanjian Lama yang umumnya dipakai oleh guru agama Islam dan Mormon untuk mendukung ajaran poligami mereka adalah: Keluaran 21:9; Ulangan 21:15; Ulangan 25:5.

Mari kita lihat ayat-ayat di atas di dalam konteknya:

  • Keluaran 21:7-11, aturan hukum bagaimana seorang budak wanita harus diperlakukan bila ia telah disetubuhi (engaged) oleh tuannya atau anak tuannya yang telah menikahi budak tersebut ingin menikah lagi. Penekanan hukum ini  adalah tentang HAK  budak wanita dan bukan hak pria untuk berpoligami.
  • Ulangan 21:15-17, aturan tentang hak waris bagi anak dari istri pertama yang tidak dicintai suaminya. Kasus ini ada dikalangan Israel oleh sebab Yakub harus menikahi Lea (istri pertamanya), karena ditipu (Kej 29:31). Ini adalah poligami resmi pertama – dan terpaksa – pada keturunan Abraham dan Sarah. Ingat, tujuan Yakub kerja 7 tahun adalah untuk mendapatkan Rahel.
  • Ulangan 25:5-6. Istri yang ditinggal mati oleh suaminya tanpa punya anak laki-laki, maka seorang pria dari keluarga terdekat suaminya bertanggung jawab menikahinya. Ini tidak asing pada orang Yahudi kuno. Contoh pada Kej 38:6-11 dan Boas menikahi Ruth (Ruth 4:1-13). Pada kedua peristiwa ini para pria tersebut sebelumnya adalah pria belum menikah, Kej 38:11 dan Ruth 4:13 menceritakan itu secara implisit.

Dari ketiga perikop ayat di atas, jelas bahwa ketiga hukum tersebut dibuat untuk kasus-kasus tidak umum. Mereka tidak bisa diartikan sebagai ”poligami sebagai kehidupan umum orang Israel kuno.” YAHWEH menetapkan bahwa seorang raja Israel tidak boleh mempunyai banyak istri (Ul 17:17) seperti kebiasaan raja-raja dan bangsa-bangsa di sekitar mereka yang tidak mengenal YAHWEH. Raja di dalam Alkitab adalah lambang kekuasaan (penegak hukum dan ketetapan), teladan kehidupan untuk rakyatnya. YAHWEH menyebut diri-Nya adalah raja Israel yang sesungguhnya: YAHWEH, Elohimmu, adalah rajamu” (1Sam 12:12; juga Maz 10:16; 93:1 dan 97:1), merupakan suatu kejahatan besar di mata YAHWEH ketika umat-Nya meminta seorang raja (1Sam 8:7-8; 12:17-19). Jadi Ulangan 17:17 ini dimaksudkan agar umat-Nya memiliki standard hidup dan kekudusan yang tinggi, sama seperti RAJA mereka.

Kamu menutupi mezbah Y’AHWEH dengan air mata, dengan tangisan dan rintihan,… Dan kamu bertanya: “Oleh karena apa?” Oleh sebab YAHWEH telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu. …Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya. (Mal 2:13-15)

Sekali lagi YAHWEH mengutarakan hati-Nya, bahwa ketidak setiaan pada pernikahan pertama (memadu istri, bermain serong dan menceraikan untuk kawin lagi) sangat mendukakan hati-Nya,  oleh karena Ia tidak lagi berpaling kepada persembahan dan tidak berkenan menerimanya dari tanganmu. (Mal 2:13b). Untuk kasus kawin-cerai baca “Bercerai dan Menikah Kembali.”

Hidup orang yang takut akan YAHWEH dan cinta akan Firman-Nya ialah mengikuti kehendak dan pikiran-Nya, bukan ”mencari kesempatan didalam kesempitan!” Anggur Baru.

Poligami di dalam Perjanjian Baru

Yahshua datang ke bumi merestorasi institusi pernikah yang Bapa Sorgawi telah buat di taman Firdaus itu dengan berkata: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu seorang laki-laki … [Ia mengutip Kej 2:24] (Mat 19:4-5). Dari mulut Yahshua sendiri jelas bahwa poligami dan perceraian adalah praktek-praktek yang bukan kehendak YAHWEH, tapi kekerasan hati manusia itu sendiri (Mat 19:8).

Ia juga merestorasi hukum berzinah, Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya [lust after her/menjadi birahi] , sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. (Mat 5:27-28). Apa arti ayat ini di dalam kontek poligami? Memandang dan ‘menginginkan’  istri sendiri tidak berjinah,  sebab sex adalah kudus di dalam pernikahan yang sah (Kej 2:24 dan Mat 19:4-5), namun jika pria yang sudah menikah ini memandang wanita lain dan menjadi birahi, Hakim Agung ini berkata bahwa pria tersebut telah berzinah dan akan dicampakan kedalam neraka (29). Dengan kata lain, sebelum seorang suami melakukan praktek poligaminya, menikahi wanita yang ia telah birahi tersebut, ia telah jatuh kedalam dosa perzinahan.

Praktek poligami sangat tidak dianjurkan di dalam kehidupan orang Kristen,

Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, (1Ti 3:2)
Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. (1Ti 3:12)

Seorang Muslim bersikeras bahwa kedua ayat ini hanya berlaku untuk pengurus gereja, tidak berlaku untuk jemaat biasa, ia menambahkan.*

Jika Roh YAHWEH tidak membukakan pengertian kepada pembaca Alkitab , sekalipun ia seorang jenius, ia tidak akan bisa mengerti maksud dari firman-Nya.

Sejak murid-muridnya tahu siapa sebenarnya Yahshua, ia berkata: ”Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.  (Mat 16:18)

Ini adalah titik perpindahan sistim pemerintahan YAHWEH, dari raja menjadi penilik Gereja (Jemaat). Kepala Gereja (kumpulan orang percaya) adalah Yahshua sendiri (Ef 1:22; 5:23; Kol 1:18), pendewasaan rohani dan perawatan jasmani jemaat diberikan kepada Penilik Jemaat dan Diaken. Persis sama dengan di Perjanjian Lama: YAHWEH adalah Raja yang sesungguhnya, dan Ia memberikan raja untuk mengatur umat-Nya. Oleh karenanya kedua jabatan Gerejani ini bukanlah sekedar pekerjaan, lebih dari itu ialah suatu contoh teladan kehidupan orang-orang percaya; baca 1 Ti 3:1-7 dan 8-13!! Tidak ada kontradiksi di dalam Alkitab!

Beberapa alasan mengapa praktek poligami / pernikahan majemuk tidak dibenarkan oleh YAHWEH:

  • Indentitas wanita sederajat dengan laki-laki. Hawa bukan berasal dari monyet  yang diubahkan menjadi manusia, ia juga bukan dari ’tulang rusuk’ binatang. Ia berasal dari tubuh Adam sendiri. Kecerdasannya sama dengan kaum pria. Hanya fungsi mereka yang berbeda.
  • Anak-anak yang menjadi umat Elohim yang sejati hanya dihasilkan dari pernikahan pertama, dari istri pada masa mudanya. (Mal 2:15, IBIS; Kej 5:1-2)
  • Elohim mengasihi wanita sama banyaknya Ia mengasihi pria. Alkitab menggambarkan itu dengan sebagaimana Yahshua cinta kepada Gereja-Nya, demikianlah suami harus mengasihi istrinya (Ef 5:24-27). Isteri adalah rekan kerja, bukan tanah garapan atau kendaraan pribadi.
  • Adalah suatu perintah, bukan anjuran, bahwa istri harus dikasihi oleh suaminya seperti suami menngasihi dirinya sendiri (Ef 5:28-31). Fakta ialah bahwa suami tidak bisa berlaku sama adil dan sama kasih jika ia memiliki lebih dari satu istri.
  • Poligami memberi dampak yang buruk pertama kepada keluarga itu sendiri dan kemudian terhadap komunitasnya, cemburu, iri, berakhir dengan keributan yang berkelanjutan.

Karya tulis ini adalah suatu koreksi atas tulisan Osama Abdallah yang memutar balikan ayat-ayat Alkitab untuk mendukung ajaran poligami Islam. Di akhir tulisannya, karena ia tidak mendapatkan suatu bukti bahwa orang Kristen mendukung dan memperaktekan kehidupan poligami tersebut (kecuali aliran Mormon, yang memiliki Alkitab sendiri dan dipandang sebagai suatu sekte oleh para gereja Injili), ia menuduh bahwa (salinan tulisannya sendiri):

“If the Bible was truly GOD Almighty’s Holy Words, and if Paul was truly GOD Almighty’s Apostle, then we wouldn’t have this kind of junk in the Bible.  Also another side point, Paul obviously didn’t know much about the Old Testament, because the Bible itself admits that it is corrupted and not perfect.  So it can never be “All God-breathed”:  “`How can you say, “We [the Jews] are wise, for we have the law of the LORD,” when actually the lying pen of the scribes has handled it falsely?‘ (From the NIV Bible, Jeremiah 8:8)”

Tuduhannya ini nampak seperti seorang Pakistan desa yang hanya membaca buku “Indonesia Tour Guide” mencoba berdebat tentang budaya dan kehidupan bangsa Indonesia dengan orang Indonesia yang lahir dan besar di negaranya sendiri.

Raja Daud di dalam Mazmurnya: “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku.  (Maz 119:97-98). Sebab firman Y’AHWEH itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. (Maz 33:4)

Artikel ini boleh dipakai, namun sertakan alamat situsnya https://senjatarohani.wordpress.com/.  Hargailah karya tulis orang lain. Salam dan terima kasih, Senjata Rohani’s Weblog

Tulis komentar Anda di sini - dengan etika dan integrity. Thanks!