Arab Spring or Arab Dying?


Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Elohim (Allah). (Mat 5:6,9)

Peta Jalan Arab atau Arab Spring“Arab Spring” atau “Jasmine Revolusi” orang Afrika Utara menyebutnya telah berlangsung lebih dari satu tahun 4 bulan sejak Desember 2010. Benarkah hasilnya adalah orang-orang Arab Islam (dengan segala cabangnya) maupun Arab non-Islam menuju pertumbuhan yang positif (universal positif, bukan golongan tertentu saja) seperti nama dari gerakan tersebut “Arab Spring” yang artinya “Arab bersemi”? Atau sebaliknya, menuju ke jalan kehancuran, yakni “Arab Dying” – kemunduran di dalam moral, stabilitas dan ekonomi, dan tumbangnya jiwa-jiwa manusia yang terus membengkak?

Artikel ini ditulis untuk bangsa Arab dan negara Islam lainnya (pada khususnya) dan komunitas dunia (pada umumnya) merenungkan dan mengevaluasi kembali Arab Spring atau “Jalan Arab” (pemikir Islam Barat mengenalnya), ”kearah mana sesungguhnya masyarakat Arab sedang menuju, kearah yang benar atau kearah yang salah?”

Jalan Arab ini masih terus berlangsung di berbagai negara Arab saat artikel ini ditulis, di di negara tertentu seperti Mesir, Bahrain, Iran ‘bara api Jalan Arab’ belum mati, itu terpendam di bawah karpet, sebagian menyala-nyala dengan jelas seperti di Syria, lebih dari satu tahun tanpa pemecahan yang jelas. Mari kita teliti apakah peristiwa yang berlangsung di negara-negara Timur Tengah ini benar “Arab Spring” atau sesungguhnya adalah “Arab Dying”?

Daftar di bawah ini mungkin akan bisa menolong Anda mengerti apa yang saya maksud di atas.

Unsur positif, dari Jalan Arab (panggilan dari mana konsep gerakan demo ini berasal yg berarti ’masyarakat Arab turun kejalan’) bisa didaftarkan sebagai berikut:

  • Tumbangnya para pemimpin ‘diktator’ seperti Ben Ali (Tunisia), Hosni Mubarak (Mesir), Muamar Qaddafi (Libya) dan yg keempat, dan bukan terakhir, adalah Ali Abdullah Saleh (Yemen).
  • Lahirnya sistim pemilihan-pemimpin negara yang lebih melibatkan suara rakyat. Masih jauh dari standard Barat namun itu suatu awal yang baik. Ini perlu didukung, dan mayarakat Barat bersedia turut membayar harganya.
  • Organisasi Hak-hak Asasi Manusia mulai bisa beroperasi dan berpengaruh di negara-negara bekas ’diktatorsip’ tersebut.
  • Mayarakat Arab mulai mendapat ekses ke media internasional lebih bebas lagi. Mereka sekarang bukan saja bisa mengikuti berita dunia tapi juga mulai memberitakan kabar melalui media sosial (facebook, twiter, e-mail dan lain sebagainya).
  • Hak-hak wanita mulai diperkenalkan dan dibawa ke pengadilan. Para wanita di negara-negara Islam mulai berani membuka suara dimuka umum, melakukan aksi bakar diri di muka umum demi haknya. Yang terakhir ini ekstrim. Wanita  yang dahulunya hanyalah ’objek’ atau pelengkap dari kebutuhan pria, sekarang peranan dan kemampuan intelek wanita mulai diterima dan diakui oleh para pria Arab, ini tentunya suatu hal yang sangat positif. Jangan salah, saya tidak setuju feminism yang berlandaskan pemberontakan, namun saya mendukung hak wanita sebagaimana Alkitab menyatakan bahwa “Wanita adalah rekan kerja yang sepadan bagi Pria.”

Unsur negatip akibat Jalan Arab atau Arab Spring, (atau harga yang harus dibayar jika kita tidak ingin dikatakan sebagai unsur atau efek negatip) tidaklah sedikit dan tidak murah. Berikut ini hanyalah beberapa contoh:

  • Hancurnya kebutuhan dasar mayarakat Arab, seperti: rumah, harta benda, pekerjaan dan fasilitas-fasilitas umum. Siapakah yang tahu berapa besar kerugian  material mereka?
  • Hancurnya infrastruktur negara-negara yang terlanda Jalan Arab tersebut oleh karena dirusak secara sengaja oleh para demontrant dan aparat pemerintah serta serangan pihak ketiga (NATO di Libya). Berapa milyar dollar telah hilang untuk harga positif di atas? US$ 20,56 billion dari factor GDP dan US$ 35,28 billion dari factor keuangan masyarakat, total US$ 55,84 billion (Sembilan angka nol di belakang koma!!). Angka ini hanya untuk Libya, Mesir, Tunisia, Syria, Yamen dan Bahrain bersama untuk tahun 2011 saja. Ini hanyalah menambah berat utang negara!
  • Lenyapnya ribuan jiwa-jiwa yang mereka kasihi dan berpotensi bagi keluarga dan bangsa. Di Syria saja, laporan PBB bulan Maret berkata sudah lebih dari 9000 tewas. 846 jiwa di Mesir. Dan tidak terhitung di Libya. Orang-orang Arab bertumbangan (dying) terus-menerus malalui aksi Jalan Arab (spring) ini. Di Libya penculikan dan pembunuhan terus berlangsung dibawah payung pemerintahan yang baru.
  • Para aktivist Jalan Arab menyerukan perang kepada aparat militer, ”NoSCAF” (No Supreme Council of the Armed Forces). Dengan kata lain faktor stabilitas dan keamanan negara ditolak, coba digantikan oleh ’demokrasi-kebebasan tanpa batas’ (’kuasa sepenuhnya berada di tangan rakyat, dari rakyat untuk rakyat,’ ini adalah slogan sosial-komunis sebelum Cina komunis dibawah pimpinan Mao Zedong / Cetung menjadi penguasa tunggal). Dari total ’kontrol’ menuju ke arah total ’freedom,’ ini adalah jalan menuju kepada hukum rimba dan anarkis – kematian negara dan bangsa melalui jalan tol!
  • Karena motivasi dari Jalan Arab ini adalah ketidak puasan dan rasa iri atas keberhasilan suku lainnya dan faham Islam yang berbeda (Sunni dan Syiah/ Shi’a), maka kita akan tahu hasil akhirnya, sekarangpun sudah terlihat, ialah kepahitan, dendam, saling bunuh. Ini akan semakin parah jika aparat hukum dan negara tidak berfungsi, hanya mayoritas yang menang, keadilan akan semakin terinjak. Politikus menyebut kejadian ini sebagai ”Arab Spring,” Alkitab melihat semua ini sebagai ”Arab Dying.” (Amsal 29:18)
  • Dikatakan bahwa Jalan Arab ini bertujuan meruntuhkan pemimpin yang korupsi. Namun kita perlu bertanya,  ”apakah pemimpin yang beriktunya lebih bersih dari para’diktator’ yang telah tumbang atau yang ingin ditumbangkan?” Tidak ada jaminan sama sekali! Sejarah dunia telah membuktikan para pemimpin dunia yang telah menolak keadilan dan kebenaran yang bersumber dari hikmat YAHWEH, Elohim Pencipta alam semesta, pemerintahan mereka tumbang. Korupsi (material) bukanlah akar penyakit pemimpin, tetapi bejat moral (immorality), yakni menolak hikmat Pencipta mereka. Buta akan diri sendiri adalah penyakit yang parah, baca Matius 7:3-5.
  • Mayoritas rakyat Arab yang haus demokrasi sekarang sadar bahwa para pemimpin yang baru akan lebih ’diktator’ dari yang sebelumnya. Dahulu mereka dikontrol secara politik, sekarang jiwa dan pikiran mereka dikontrol dibawah Hukum Sharia. Arab non-Islam khusunya sangat kuatir atas gejala ini, nyawa mereka lebih terancam akitbat Arab Spring ini, di Syria sedikitnya 200 Kristen dibunuh oleh kelompok Islam anti president Assad. Di Mesir, baru-baru ini bangunan gereja, rumah toko orang-orang Kristen dibakar oleh Islam Salafi, oleh sebab Kristen memberi suara kepada calon pemimpin Islam moderat.
  • Islam jelas mengajar bahwa faham Demokrasi (Barat secara umum) adalah haram – ini arti perjuangan yg sebenarnya dari kelompok radikal Islam Nigeria yang bernama ”Bako Haram.” Bako adalah sebuah kata dari Nigeria Utara yang berarti ”pendidikan atau filosofi.” Artinya kekacauan dan ketidak stabilan di negara-negara Timur Tengah akan lebih parah lagi di masa depan jika dibanding jaman ‘pemerintahan militer’ sebelumnya.

Hasil dari ”Arab Spring” sesungguhnya adalah ”Arab Dying” kerugian bagi rakyat dan negara Arab baik secara material, jiwa dan roh.

Efek buruk Jalan Arab ini juga mempengaruhi negara-negara Barat dan Israel, termasuk Indonesia:

  • Harga minyak yang semakin meroket, pengeluaran anggaran negara bertambah untuk biaya perang (langsung dan tidak langsung) menolong para aktivist Jalan Arab atau ’radikal/ terrorist Islam’ (para pemerintah militer Islam menamai mereka).
  • Biaya tambahan untuk para imigran perang dan mereka yang hidup di tenda pengungisan sementara, biaya control perbatasan negara dll.
  • Belum lagi aksi balas dendam orang Arab kepada Barat atas kekacauan Timur Tengah yg dibuat oleh para politikusnya; banyak masyarakat Barat Kristen dan non Kristen tidak setuju dengan kebijakan luar negeri pemimpin mereka.
  • Israel juga dirugikan oleh Jalan Arab ini sekalipun Israel netral, keamaan dan stabilitas Israel terganggu dengan ketidak stabilan negara-negara tetangganya.

Akankah para Mahasiswa Islam Indonesia ingin juga membangkitkan Jalan Arab ini di tanah air Indonesia, seperti yang nampak pada akhir Maret 2012 dengan isiu “harga BBM naik”? Orang bijaksana dan berwawasan luas tidak akan mudah ditipu. Hukum negara harus dijunjung tinggi, setiap gerakan “atas nama membela rakyat” namun melanggar hukum negara adalah penghiatan dan musuh rakyat yang berdaulat.

Alkitab mencatat dan menilai sejarah kehidupan manusia. Isi Alkitab menyatakan bahwa Arab Spring hanyalah sebuah nama dari sebuah movement yang berlandaskan sebuah ideologi kotor (unclean spirit) yang sedang menjalar di negara-negara Arab, yang juga menyebar ke negara non-Arab. Hasil dari ”Arab Spring” sesungguhnya adalah ”Arab Dying” kerugian bagi rakyat dan negara Arab baik secara material, jiwa dan roh. (Wahyu 16:12-14).

  • Perang antar suku dan negara semakin berkobar dan parah, itu merambat ke negara lainnya (Mat 24:6-8)
  • Islam radikal menjadi semakin ekstrim, Mohamed Merah hanyalah satu dari puluhan ribu. Alkitab memberi jalan keluar: balas kejahatan dengan kebaikan, kasihilah musuhmu. Dendam, benci dan pembunuhan adalah jalan Iblis, bukan Elohim (Yoh 10:10).
  • Karena fokusnya adalah demo dan perang (bernamakan ’perjuangan hak dan kebebasan’) maka stabilitas dan ekonomi tercurah untuk mesin-perang bukan untuk perkembangan sosial dan moral masyarakat. Alkitab memberi jalan keluar: tanggalkan hak pribadi dan golongan demi keuntungan dan kebaikan banyak orang. Yeshua telah memberi contoh, Ia mati tersalib untuk keselamatan semua orang). Baca Filipi 2:3-11.

Sekaranglah waktunya untuk terbangun dari tidur Anda, buatlah rambu-rambu jalan agar umat-Nya dapat kembali ke jalan yang benar, agar bangsa dan negara dipulihkan seperti contoh pada Yeremia 31:21-25 dan 2 Taw 7:13-14 ini.

Karena begitu besar kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Elohim mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Putra Tunggal Elohim. (Yoh 3:16-18)

Bacaan berkait:

Referensi:

Artikel ini boleh dipakai, namun sertakan alamat situsnya https://senjatarohani.wordpress.com/.  Hargailah karya tulis orang lain. Salam dan terima kasih, Senjata Rohani’s Weblog